TRIBUNNEWS.COM, generator Padang dihidupkan, mesin utama mengikuti, dan alarm umum berbunyi, menandai keberangkatan kapal dari Pelabuhan Atapupu. Semua petugas patroli sudah siap bekerja di posisinya masing-masing. Mualim sudah membuat rencana perjalanan. Pagi ini kapal akan menuju Pulau Wetar untuk menempuh perjalanan kurang lebih lima hingga enam jam.
Alam memang tidak menentu, kapal patroli tersebut diserang oleh angin kencang hingga 36 mph. Komandan Patroli Maritim BC7002 Mansur Purba memerintahkan krunya berlabuh untuk mencari tempat yang aman. Setelah sekitar satu jam mencari, akhirnya mereka memutuskan untuk berlabuh di pelabuhan Pulau Liran sekitar pukul 14.00. WITA .

“Saat itu, saya melihat sebuah perahu motor kecil di kejauhan dengan dua anak dan tiga orang dewasa di dalamnya. Hingga saya bersandar dan mendengar suara bayi itu. Awak kapal mendekat dan seorang wanita berbaring. Namanya Ibu Adolpina Magelang, berasal dari desa Ilmamau di Kecamatan Wetar Barat barat daya Kepulauan Maluku. Perjalanan dari Pulau Wetar ke Pulau Liran memakan waktu sekitar satu jam. Mansour mengenang satgas patroli tersebut pada Rabu 02/09. Intervensi. Dalam misi kemanusiaan, Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT sedang berlayar di laut menggunakan kapal patroli BC 7002. Bayinya berada di Pulau Lilan di Pulau Maluku pada 30 Agustus 2020 .
Menurut dia, kita tahu kalau perahu motor itu dipinjam dari gereja setempat, tapi belum sampai ke Puskesmas tempat anak itu lahir .
Masalahnya plasenta belum keluar. Dari dokter Puskesmas dan bidan ke Liran Waktu Pelabuhan .
Pulau Liran berpenduduk sekitar 1.000 orang, dan tenaga medis di Jalan Wetar Barat hanya ada di Pulau Liran Jalan panjang masih alami, sepi dan sepi. Pulau Liran (Pulau Liran) Diawasi oleh BC Kantor Wilayah Nusa Tenggara Bali, berdasarkan PMK 188 / PMK 01/2016. Fungsi patroli laut dari bea cukai tidak hanya melibatkan dinas pengawas maritim, tetapi juga kemanusiaan. Misi Mansour menambahkan: “Sore ini adalah bagian dari kewajiban kami untuk membantu. “Tak lama kemudian, lanjut Mansour, dr. Pulela Dewi Lowisoklay dan bidan tiba di TKP. Karena bayinya terburu-buru dan informasi tentang bayinya sudah lahir, mereka tidak membawa semua alat medis terbatas pada bayinya .
— -Matahari mulai terbenam, awak kapal memegang senter, dan lampu sorot di kapal menyalakan kapal tempat kecelakaan itu terjadi. Ibu Dolfina mulai merasa lemas, dan awak kapal membuat teh, makanan dan air. Ia berkata: “Karena medan pelabuhan yang sulit, awak kapal berinisiatif Usungan.
Bayi yang lahir sebelum pukul 17.15 masih di atas kapal dan dibawa ke dermaga. Truk tersebut merupakan inisiatif warga sekitar.
Kemudian sang ibu dan putranya dilarikan ke Puskesmas Pulau Lilan, pusat Butuh waktu sekitar 20 menit untuk mengambil truk, dan staf kembali ke kapal patroli untuk melaksanakan pekerjaan sanitasi Kesepakatan.
“Terima kasih kepada semua anggota kelompok kerja atas kontribusinya yang cepat, dan kepada semua yang telah membantu. Baik ibu dan anak selamat, “Mansur menyimpulkan. (*)
Komentar Terbaru